Sejumlah elemen masyarakat, Selasa (15/01/2013), melakukan Diskusi Refleksi Kinerja dan Politik Anggaran di Kabupaten Kupang di Hotel T-More Jalan Piet A. Tallo, Kupang-NTT. Diskusi yang dipandu oleh Laurensius Sayrani, staf dosen pada FISIP Undana Serta Peneliti di Bengkel APPeK NTT ini menghadirkan 3 narasumber dan dihadiri oleh sejumlah utusan masyarakat dari kabupaten Kupang dan Kota Kupang yang terdiri dari Mahasiswa, Pemerintah Kabupaten, NGO, Kelompok Perempuan dan Kepala Desa serta sejumlah staf dari Bengkel APPeK NTT.
Kegiatan yang difasilitasi oleh Bengkel APPeK NTT dengan dukungan dari SEKNAS FITRA, Kemitraan Partnershi dan USAID ini menghadirkan Para Narasumber yang terdiri dari; Octori Gaspersz, SAP,SE (Wakil Ketua Komisi B DRRD Kabupaten Kupang), Vinsen Bureni (Koordinator Bengkel APPeK) dan Uchok Sky Khadafi (Kordinator Investigasi dan Advokasi FITRA). Gaspersz dalam pemaparannya tentang Politik Anggaran Kabupaten Kupang mengatakan bahwa dari total anggaran belanja kabupaten kupang untuk 2013 sebesar Rp. 848.181.992.174 (848,1 Miliar), 41% untuk belanja di sektor pendidikan dan sisanya untuk belaja pelayanan umum dan lainnya. Sementara dari total belanja itu sendiri ternyata anggaran untuk belanja Aparatur 49,63% serta belanja Publik 50,37%.
Sedangkan Vinsen Bureni dalam pemaparannya mengatakan bahwa banyak dana yang hanya digunakan seputar untuk pembangunan fisik dan belum pada penyiapan sarana-prasaran pendukung seperti alat kesehatan dan tenaga medis,perpustakaan, guru dan perlengkapan pendidikan lainya. Sedangkan proses politik anggaran yang terus mengalami hambatan pembahasan antara DPRD dan Eksekutif dan juga persoalan pengembangan hutan lindung masuk ke areal perkampungan.
Uchok dalam penyampaiannya tentang Catatan Akhir Tahun NTT dimana DAU Dinikmati Birokrat,PAD Bikin Kenyang Kepala daerah, dan Korupsi dibiarkan. Selain itu juga, Uchok juga mengetengahkan data-data tentang pendapatan kepala daerah dan wakil kepala daerah di NTT serta review hasil laporan penggunaan dana APD NTT untuk PT Flobamor senilai 4 Miliar Rupiah pada tahun 2011 dan selama beberapa tahun PT Flobamor mengalami kerugian, sedangkan dana transfer dari pusat habis untuk belanja pegawai.
NGO Mulai Frustrasi
Pada sesi diskusi, beberapa peserta diberi kesempatan untuk berdiskusi dan bercerita mengenai politik anggaran yang terjadi di kabupaten Kupang. Ibu Sofia Malelak-De Haan dari Yayasan Alfa Omega Kupang mengatakan bahwa tidak ada anggaran yang jatuh ke masyarakat sehingga NGO yang sudah bekerja sekian lama mengadvokasi di masyarakat mulai frustrasi dengan kondisi ini. Inti dari semua permasalahan di Kabupaten Kupang adalah SDM kita yang tidak memadai. Sedangkan Elfrid dari CIS Timor mengatakan bahwa perencanaan di Musrenbang tidak pernah diakomodir di Kabupaten, hal senada di sampaikan oleh kepala desa Kairane dan Kepala desa Oemolo.
Sementara itu wakil ketua DPRD Kabupaten Kupang Anthon Natun, ST mengatakan bahwa perlu ada persamaan persepsi antara legislatif dan eksekutif terkait politik anggaran sehingga tidak mengorbankan rakyat. Sedangkan mahasiswa KMPA (Komunitas Mahasiswa Peduli Amfoang); Simon Sefi, mengatakan bahwa selama ini APBD Kabupaten Kupang tidak pernah dirasakan oleh warga Amfoang (wilayah bagian utara Kabupaten Kupang), pasalnya akses informasi dan jalan ke arah amfoang tidak pernah diperbaiki. Hal yang sama dikatakan oleh sekretaris BAPPEDA Kabupaten kupang bahwa ada ketimpangan pembangunan di Kabupaten Kupang antara utara dan seklatan, seolah-olah bagian utara diabaikan dalam pembangunan.
Menutup diskusi, Vinsen Bureni mengatakan bahwa ke depan perlu ada prioritas pembangunan wilayah sesuai kebutuhan. (mjp)