Nasional

Keluhan Nelayan Kupang: Harga Solar dan Kapal Pole and Line berkurang

23
×

Keluhan Nelayan Kupang: Harga Solar dan Kapal Pole and Line berkurang

Sebarkan artikel ini


Memasuki Musim panas, Nelayan tangkap di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengkhawatirkan dan berharap agar tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang merupakan kebutuhan utama bahan bakar kapal nelayan untuk melaut.

“Nelayan sangat berharap harga solar tetap stabil seperti saat ini, meski Pertamax sudah naik. Karena jikalau solar ikutan naik pasti nelayan akan kesulitan untuk melaut,” kata Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang, Abdul Wahab Sidin, terkait harapan nelayan di kupang, menyingkapi terhadap kenaikan harga BBM jenis Pertamax yang telah terjadi.

Abdul Wahab Sidin menjelaskan saat ini harga solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di daerah sebesar Rp5.150 per liter. Para nelayan setempat umumnya membeli lewat penyalur yang mengantar langsung ke kapal dengan harga Rp6.000 per liter.

Harga yang ada sementara ini, imbuh beliau, cukup terjangkau bagi nelayan sehingga saat ini aktivitas menangkap ikan masih berjalan lancar.

Namun jika ke depan harga solar mengalami kenaikan, lanjutnya, maka akan sangat menyulitkan para nelayan dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk kapal.

“Kapal-kapal pole and line yang spesialis menangkap ikan cakalang, ikan tuna, itu mengandalkan BBM solar sehingga jika harganya naik maka sangat terasa,” ungkap beliau yang juga secara pribadi merupakan nelayan yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Tenau Kupang itu.

Ia mengatakan selain itu jika harga solar naik maka juga akan berdampak pada kenaikan harga ikan di pasar karena nelayan akan menaikkan harga jual ikan disesuaikan dengan pengeluaran untuk kebutuhan operasional.

Ia menyampaikan hal itu berkaitan dengan keberadaan kapal nelayan pole and line di Kota Kupang yang selama ini menangkap ikan cakalang dan tuna untuk pasokan kebutuhan bagi masyarakat maupun untuk diekspor.

Wahab Sidin mengungkapkan bahwa beberapa tahun sebelumnya jumlah kapal pole and line yang berbasis di Kota Kupang tercatat lebih dari 20 kapal. Namun, per April 2022 ini hanya tersisa sekitar 8 unit kapal yang terdiri dari 6 unit kapal kayu dan 2 unit kapal fiber.

Ia mengatakan semakin berkurangnya jumlah kapal tersebut akibat sejumlah faktor, salah satunya bencana alam badai siklon tropis Seroja yang mengakibatkan kapal rusak maupun hilang dan belum ditemukan hingga saat ini.

“Ada dua kapal pole and line milik nelayan Muhammad Nasir yang hilang karena badai Seroja dan belum ditemukan sampai saat ini,” Ia berharap ke depan para nelayan pole and line juga bisa mendapat dukungan bantuan kapal sehingga tetap bisa melaut untuk menangkap ikan cakalang, tuna, dan lainnya.

“Terus terang teman, kalau kondisi begini terus berlangsung ke depan, maka tentu akan berdampak pada produksi perikanan tangkap di Kupang yang berdampak pada pasokan untuk masyarakat maupun untuk diekspor, sekarang saja sudah terasa bagi kami” ungkap Wahab Sidin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *