Berita

Wujudkan Nilai Toleransi Gunung-Pantai; Hidayat Kay Ajak Rumpun Keluarga Blagar Kompak Dalam Hajatan Khitanan Adat di Desa Nule

33
×

Wujudkan Nilai Toleransi Gunung-Pantai; Hidayat Kay Ajak Rumpun Keluarga Blagar Kompak Dalam Hajatan Khitanan Adat di Desa Nule

Sebarkan artikel ini
Tarian penyambutan
Tarian penyambutan

Kupangonline.com-Alor – Setelah sukses di ibu Kota Jakarta sebagai pebisnis di bidang Container, Hidayat Kay tidak lupa pada kampung halamannya. Terbukti kerap kali membantu urusan sosial kemasyarakatan sanak familinya di kampung. Kini Dayat bersama istri kembali lagi ke kampung halamannya untuk membuat hajatan khitanan dan aqiqah adat dengan membawa anak laki-laki bungsunya untuk dikhitan di kampung Nuhawala Desa Nule Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor. Pesta ini cukup meriah karena melibatkan rumpun keluarga Blagar mulai dari kampung Kolijahi, Nule, Bakalang, Tereweng, Toang dan Tuabang.

Pantauan media ini motor penumpang Kalabahi-Nule yang dicarter Hidayat Kay bersama rombongan keluarga dari Kalabahi bertolak dari Kalabahi pukul 09.00 dan sampai di Nule pukul 12.00. Rombongan Hidayat Kay pun disambut meriah dengan tarian penyambutan dari pelabuhan hingga di depan gerbang rumah kediaman orang tua Hidayat Kay. Sekitar 4-5 lapis tim penari berbusana adat lengkap sambil diiringi musik tambur dan gong serta orasi penyambutan dari tokoh adat. Tampak ratusan orang berbaris antusias menyambut kedatangan rombongan yang sudah menunggu sejak pagi.

 

Terlihat sudah hadir di tenda suka cita para tokoh adat/orang tua, Ketua Jemaat Majelis Gereja Silo Sargang dan Imam Masjid Nuhawala, Keluarga dari Pulau Pura Doluwala dan Ternate Umapura serta tamu undangan dari kampung-kampung Blagar dan sahabat karib dari Kalabahi.

Tanpa berlama-lama, acara penyambutan pun dimulai dengan sapaan oleh MC, Sinsigus Kay dengan sapaan dan menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan ibadah agama yang sinkron dengan adat tersebut.

“Bapak ibu, sudah satu bulan kita menunggu yang pada akhirnya bisa berjalan sebagaimana yang kita saksikan ini. Anak kita, cucu kita, upu kita, Hidayat Kay, 30 tahun yang lalu pergi tinggalkan orang tua dan keluarga keluar dari kampung Nuhawala ini merantau ke tanah jauh di Jakarta sana, alhamdulillah puji Tuhan di sana mendapat berkat luar biasa dari Tuhan dan akhirnya hari ini kembali lagi ke kampung halaman untuk melihat kita. Mari kita syukuri semua keluarga terkhusus pohon pelepas yang ada di Pulau Ternate dan yang ada di Pulau Pura Doluwala telah melepas di tanah yang subur”. Terang sinsigus.

 

Prosesi Khitanan

Dari rangkaian acara diawali Sambutan pertama disampaikan oleh Wakil Ketua Panitia yakni Agus Bolang menyampaikan sapaan hangatnya kepada seluruh undangan terutama kepala-kepala suku di semua Desa yang hadir terlebih kepada para paman atau pohon pelepas dari Pulau Ternate Umapura dan Pulau Pura Doluwala pada pesta khitanan adat.

Nuhawala-Silo Sargang adalah ikatan leluhur yang sudah terjadi ratusan tahun yang lalu. Di Nule tidak pernah terdengar ada selisih pendapat atau konflik antara keluarga Islam dan Kristen. Sehingga tolong pelihara persaudaraan Ismail dan Ishak dengan baik. Oleh karena itu dalam kepanitiaan ini ada sekitar 148 orang dan sekitar 50-an orang adalah jemaat gereja yang semuanya dilengkapi dengan seragam dalam melayani tamu undangan. Tahun lalu kami 4 Desa kena Bencana Seroja sehingga masih dalam trauma duka mendalam sehingga bagi kami acara ini merupakan hiburan buat kami karena bisa lihat cucu kami jauh-jauh dari Jakarta” kisahnya.

Pada pukul 13.47 Wita dilanjutkan oleh sapaan Haji Tahir selaku Paman kandung dari Hidayat Kay terkait susahnya hidup di tahun 1998-1999 hingga Dayat Kay mengambil keputusan berangkat dengan pakaian di badan menuju Jakarta menggunakan kapal laut.

 

Sinsigus Kay sebagai MC adat pun memberi komentar atas sambutan Bapak Haji Tahir.

“Terima Kasih Pohon pelepas, lepas kami di tanah yang subur walapun di kampung Nule Kering tapi mendapatkan buah dan bunga”. Imbuhnya.

 

Selanjutnya informasi kegiatan dari Amir Biat selaku Ketua panitia terkait undangan malam terkait hikmah khitanan dan Aqiqah oleh Ust. Umar (Dai Kondang Alor) dan mengaji oleh Qori Ust. Khaidir Djahilape (Qori terbaik kabupaten Alor). Setelah santap malam bersama langsung dilanjutkan acara hikmah khitanan dan aqiqah sebagaimana informasi dari Amir Biat selaku Ketua Panitia. Hikmah tersebut mengulas tentang makna dan latar belakang khitan dari sisi teologi keagamaan maupun kesehatan serta bagaimana metode mendidik anak yang baik.

Di akhir sesi itu hari pertama, Hidayat Kay bertemu khusus siswa para penari dan memberikan ungkapan terima kasih serta nasehat kepada para siswa agar bisa belajar dan sekolah dengan baik sehingga pencapaiannya dapat berhasil di kemudian hari sambil bercerita tentang susahnya jalan kaki dari Nule menuju Tamalabang untuk sampai sekolah.

 

Pada hari kedua minggu 09 Oktober 2022, setelah ibadah keluarga Kristiani pukul 09.00 wita dilakukan Aqiqah terlebih dahulu diiringi dengan syair-syair barsanji oleh takmir masjid dan orang tua kampung. Keluarga dari pihak Kristiani termasuk pendeta terlihat berdatangan satu per satu memenuhi kursi yang disediakan. Para penari yang diambil dari siswa SMP Negeri Satap Nusa mulai melakukan atraksi budaya menghibur para tamu undangan, beberapa menit kemudian tamu undangan dikejutkan oleh tarian Jontera atau tari perang yang mengiringi para mantri/moding yang bersiap melakukan prosesi khitan, prosesi khitan dilakukan dengan penuh kushyu diiringi shalawatan Nabi Muhammad SAW hingga selesai pada pukul 12.09 wita.

Selanjutnya hiburan gambus dengan syair persatuan Umat Islam dan Kristen hingga pukul 12.30 wita dilanjutkan tuturan adat oleh Sinsigus Kay tentang sejarah hubungan kekerabatan Islam-Kristen, Pantai-Gunung, Ismail-Ishak dan hubungan suku-suku bahkan sub-sub suku di dalamnya termasuk hubungan kawin mawin. Kegiatan agama yang sinkron dengan budaya adat-istiadat ini diakhiri dengan lingkaran tarian lego-lego yang diikuti oleh seluruh tamu undangan dengan penuh rasa kebersamaan dan kebahagiaan.

 

Diketahui jumlah anak yang dikhitan adalah 5 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Harapannya dengan adanya acara-acara agama berbalut adat-istiadat ini dapat melestarikan budaya di kampung ini dan tidak mudah dipengaruhi oleh budaya asing, demikian pula dalam rangka membangun kekerabatan silaturahim atau toleransi dan kerukunan antara umat Islam dan Kristen di Suku Blagar secara keseluruhan khususnya di Desa Nule ini. Acara ini juga diharapkan mampu memberikan pendidikan budaya yang baik bagi generasi muda Desa Nule dan Blagar serta Alor pada umumnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *