Karya : Chalista Aqilah Idelia
Riuh terompet saling menyahut
Ucapan bahagia saling menyambut
Dingin malam bahkan tak bisa menembus lutut
Terbangun subuh dianggap pengecut
Kini, tak ada samanya dengan malam kemarin
Lima waktu bak lalu angin
Ayat suci bak air asin
Kau malas diri untuk bercermin
Terkenang dengan tangis-darah sang junjungan
Caci maki dan ludah bertebaran
Jangankan untuk mengulur tangan
Melirik sesaat kau rasa keberatan
Maghrib saat itu menangisi langit
Usaha mengais hati yang sempit
Belasan puluhan tahun kau hidup bersaing-sengit
Hingga lupa imanmu sedang menjerit
Dua kalimat sakral kau anggap rayuan
Lantunan dari surau kau anggap lawan
Dakwah di layar kaca kau anggap kebetulan
Dan Aamiin-mu kau anggap candaan
Asing…sudah terlalu jauh dari hari itu
Seribu lebih tahun berjalan tapi seperti diam membatu
Masing-masing insan mulai menggerutu
Harap tak menemukan jalan buntu
Hari ini… anggaplah kau dan aku lahir kembali
Memulai harapan yang sedari dulu belum tergali
Kita bergandengan agar tidak buta dan tuli
Menjadi terompet untuk tahun baru sendiri
(Ende, 28 Juli 2022)
Penulis adalah peserta didik Madrasah Aliyah Negeri Ende, Kelas XI IPA².